Teka-teki Motif Penembakan Massal di AS Usai Pelaku Tembak Diri Sendiri

3 min read

pelaku penembakan brutal di amerika

Beritafor4d.com – Seorang pria berusia 40 tahun yang diduga pelaku penembakan massal menewaskan sedikitnya 18 orang di Maine, Amerika Serikat (AS), ditemukan tewas. Motif penembakan massal itu masih menjadi teka-teki. Dilansir Reuters, Sabtu (28/10/2023), laporan ABC News yang mengutip sejumlah sumber penegak hukum setempat menyebut tersangka penembakan massal teridentifikasi sebagai Robert R Card (40). Pria itu itu ditemukan tewas pada Jumat (27/10) waktu setempat.

Card ditemukan tewas dengan luka tembak yang diduga disebabkan oleh dirinya sendiri. Hal itu memicu dugaan Card telah bunuh diri. Laporan CNN, yang mengutip seorang sumber penegak hukum, menyebut mayat Card ditemukan di area hutan dekat Kota Lisbon, tepatnya di dekat pusat daur ulang tempat dia bekerja sebelum dipecat baru-baru ini.

Card sendiri merupakan anggota pasukan cadangan Angkatan Darat AS. Card dilaporkan berpangkat Sersan dalam Pasukan Cadangan Angkatan Darat AS. Dia juga digambarkan oleh otoritas berwenang sebagai instruktur senjata api terlatih. Card disebut pernah bertugas sebagai spesialis pasokan minyak bumi saat ditempatkan di pangkalan militer Saco di Maine.

Otoritas penegak hukum setempat menyebut Card memiliki riwayat penyakit mental. Card disebut sempat dirawat di fasilitas psikiatri selama dua pekan saat musim panas tahun ini sebelum akhirnya diperbolehkan pulang. Menurut Angkatan Darat AS, Card bergabung militer sejak tahun 2002. Namun, dia belum pernah terlibat dalam pertempuran.

Buletin otoritas penegak hukum Maine, yang dirilis pada Rabu (25/10) malam, menyebut Card ‘baru-baru ini melaporkan masalah kesehatan mental’ yang mencakup halusinasi pendengaran. Card juga disebut sempat membuat ‘ancaman untuk menembaki Pangkalan Garda Nasional di Saco’.

Card diyakini telah melepaskan tembakan di sebuah tempat boling dan di sebuah bar yang berada di Lewiston pada Rabu (25/10) malam waktu setempat. Penembakan tersebut menewaskan sedikitnya 18 orang dan melukai 13 orang lainnya.

Peristiwa itu tercatat sebagai kekerasan bersenjata paling mematikan dalam sejarah negara bagian Maine. Penembakan massal dan perburuan besar-besaran terhadap pelaku membuat heboh warga Lewiston, bekas pusat tekstil dan kota terpadat kedua di negara bagian Maine, yang biasanya tenang. Motif Penembakan Jadi Teka-teki
Tewasnya Card yang diduga pelaku membuat motif penembakan massal yang menewaskan 18 orang di Maine masih misterius. Namun, pemerintah setempat merasa lega karena Card tak lagi menjadi ancaman.

“Saya bernapas lega malam ini mengetahui bahwa Robert Card tidak lagi menjadi ancaman bagi siapapun,” ucap Gubernur Maine, Janet Mills, dalam konferensi pers usai laporan Card ditemukan dalam keadaan tewas seperti dilansir AFP dan The Independent.

Namun, kematian Card menyisakan tanda tanya soal motif di balik penembakan massal itu. Otoritas berwenang AS juga tidak memberikan petunjuk soal apa yang mungkin mendorong Card melakukan penembakan massal itu.

Namun, Card disebut meninggalkan catatan misterius setelah dicurigai mendalangi penembakan massal di Lewiston. Sejumlah sumber kepolisian setempat menuturkan kepada media terkemuka ABC News bahwa ‘surat bunuh diri’ yang ditujukan untuk putra Card ditemukan di dalam rumahnya saat penggeledahan.

Menurut sumber-sumber itu, surat itu berisi omelan Card dan beberapa informasi pribadi seperti rincian rekening bank. Seorang pejabat penegak hukum setempat mengatakan kepada CNN bahwa ponsel Card telah ditemukan.

Anggota keluarga Card juga disebut bersedia bekerja sama dalam penyelidikan yang masih berlangsung. Pihak keluarga, menurut ABC News, menduga Card mungkin sedang mencari-cari mantan pacarnya di salah satu lokasi penembakan.

Namun, tidak ada penjelasan siapa mantan pasangan Card yang dimaksud atau apakah hal itu menjadi salah satu motif penembakan massal. Catatan pengadilan menunjukkan Card diceraikan oleh mantan istrinya tahun 2007.

Pada tahun 2013, pengadilan memberikan keduanya hak asuh atas anak mereka, yang kebanyakan tinggal bersama ibunya. Selain pernah bercerai, menurut keluarga, Card juga sedang berjuang dengan kesehatan mentalnya berbulan-bulan sebelum penembakan terjadi.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours